Trek Sepeda Cianten-Bogor.
Salam ROMBES … gowass-wess…… Setelah Rombes terbentuk dan beberapa kali melakukan perjalanan panjang maupun pendek, baik harian maupun menginap. kita kembali merencanakan perjalanan,,, setelah beberapa usulan tempat tujuan akhirnya sesuai rapat anggota semua setuju untuk melakukan perjalanan menuju perkebunan Cianten, Bogor.
Dari informasi dan rerferensi yang kami dapat dari berbagai sumber Om Google tentunya (internet.red).. ternyata suda ada beberapa klub sepeda yang mengexplore. Dari informasi itulah daya jelajah kami makin tumbuh...... dan terus mencari data2 serta peta jalur yang akan di tuju.
Tiba pada rapat dan persiapan terakhir untuk mendata anggota yang akan ikut, terdata hanya 7 orang yang bisa. Sementara anggota yang lain belum bisa ikut.
Sabtu-5 maret pagi hari, mendung dan sedikit gerimis menyelimuti kota Jakarta. Cuaca yang seperti itu malah membuat kami tambah bersemangat. Setelah melakukan berbagai persiapan dan perbekalan, kami terlebih dahulu berdoa bersama... dan Beranggkaatttt…
Salam ROMBES … gowass-wess…… Setelah Rombes terbentuk dan beberapa kali melakukan perjalanan panjang maupun pendek, baik harian maupun menginap. kita kembali merencanakan perjalanan,,, setelah beberapa usulan tempat tujuan akhirnya sesuai rapat anggota semua setuju untuk melakukan perjalanan menuju perkebunan Cianten, Bogor.
Dari informasi dan rerferensi yang kami dapat dari berbagai sumber Om Google tentunya (internet.red).. ternyata suda ada beberapa klub sepeda yang mengexplore. Dari informasi itulah daya jelajah kami makin tumbuh...... dan terus mencari data2 serta peta jalur yang akan di tuju.
Tiba pada rapat dan persiapan terakhir untuk mendata anggota yang akan ikut, terdata hanya 7 orang yang bisa. Sementara anggota yang lain belum bisa ikut.
Sabtu-5 maret pagi hari, mendung dan sedikit gerimis menyelimuti kota Jakarta. Cuaca yang seperti itu malah membuat kami tambah bersemangat. Setelah melakukan berbagai persiapan dan perbekalan, kami terlebih dahulu berdoa bersama... dan Beranggkaatttt…
- Cipedak - Sasak Panjang / Parung ( Jalur ngaprak / offroad )
Perjalanan etape pertama sedikit ada kendala karena hujan turun cukup lebat, kami akhirnya harus berhenti menggoes didepan DTC. Dan melakukan perbaikan sepeda Rekan Adang yang bermasalah karena rem sedikit Blong. (usul dari teman2 “mangkanya pake Hydrolik”) setelah hujan sedikit mereda dan sepeda selesai di perbaiki kami melanjutkan perjalanan. Walaupun beberapa kali kami berhenti karena tidak tahan melihat warung berserta makanan2 nya. Di jalur ini kami lebih banyak mampir untuk istirahat makan dan minum.
Perjalanan etape pertama sedikit ada kendala karena hujan turun cukup lebat, kami akhirnya harus berhenti menggoes didepan DTC. Dan melakukan perbaikan sepeda Rekan Adang yang bermasalah karena rem sedikit Blong. (usul dari teman2 “mangkanya pake Hydrolik”) setelah hujan sedikit mereda dan sepeda selesai di perbaiki kami melanjutkan perjalanan. Walaupun beberapa kali kami berhenti karena tidak tahan melihat warung berserta makanan2 nya. Di jalur ini kami lebih banyak mampir untuk istirahat makan dan minum.
- Sasak Panjang-Rumpin-Ciampea (on road)
Cuaca yang masih sedikit mendung mengawal perjalanan kami pada jalur ini. Meski sebelumnya ada sedikit perdebatan jalur mana yang akan kita lalui. Trek kali ini on road, jadi kami harus mengendalikan tenaga karena perjalanan yang cukup panjang. Tidak lupa kami istirahat sebentar diantara pohon2 sawit untuk sekedar foto2 Dan istirahat untuk Sholat.
- Pasar Ciampea-Leuwiliang (on road dan berbukit-bukit)
Setelah melewati turunan dan tanjakan tajam yang menuju pasar Ciampea. Kami mulai bertanya-tanya lagi, jalur mana yang harus dilalui. Akhirnya kami putuskan pada pertigaan Polsek Ciampea kami ambil jalur kanan. Sinar matahari yang mulai mengintip dari awan mendung mulai semakin menyengat, sehingga tenaga mulai terkuras.
Sambil menggoes, kami mencari warung untuk mengisi perut yang mulai tidak berkompromi. Setelah tenaga terisi kembali, rasanya berat menatap tanjakan didepan- mata yang membuat semangat mengendur.
Tapi setelah sampai diatas tanjakan. Semangat kami mulai pulih kembali. Karena mulai tampak pemandangan hamparan sawah dan bukit2, tidak lupa sambil beristirahat foto2 sejenak.
- Pasar Leuwiliang-Kebun teh Cianten ( Naik Angkot )
sesampainya pasar leuwiliang, kami beristirahat sejenak. sambil tanya2, ternyata jarak yang harus ditempuh untuk sampai kebun teh cianten kurang lebih 23 KM. Karena waktu yang semakin sore serta tenaga yang mulai lelah. kami sepakati untuk mencarter angkot. setelah bernegosiasi panjang lebar dengan sopir angkot dan sepakat dengan harga yang kami tawarkan, kami mulai bersiap2.
Sungguh diluar dugaan, ternyata jarak yang ditempuh dengan angkot (cukup) sangat jauh dan melelahkan juga. karena kondisi jalan yang menanjak serta jalan yang rusak. lama perjalan kurang lebih satu jam, sampai akhirnya sampai di perkebunan teh.
- Bermalam dan Istirahat ( Warung / Saung Mang Ujang )
Sesampainya di perkebunan teh dan begitu turun dari angkot, sambutan hangat begitu terasa kamir rasakan. Nama mang Ujang tentunya tidak lepas dari tulisan ini. karena banyak membantu kami dalam berbagai hal. Kami meminta izin kepada mang Ujang untuk bisa bermalam disaung dekat warungnya. walaupun kami ditawari untuk menginap dirumahnya.
Angin malam mulai berhembus, dinginnya pegunungan mulai sangat terasa menusuk ke tulang. Sadar perjalanan kami besok masih panjang, kami pun istirahat. sebagian tidur di musholla dan sebagian lagi tetap disaung.
Pagi hari yang dingin dan hembusan angin gunung yang masih saja bertiup kencang membuat kami malas untuk bangun. Tetapi alangkah sayang rasanya bila tidak menikmati terbukanya cakrawala oleh sinar mentari yang terbit dibalik pegunungan.
Pagi hari yang dingin dan hembusan angin gunung yang masih saja bertiup kencang membuat kami malas untuk bangun. Tetapi alangkah sayang rasanya bila tidak menikmati terbukanya cakrawala oleh sinar mentari yang terbit dibalik pegunungan.
Sambil yang lain sarapan, saya menyempatkan diri untuk berkeliling kebun teh. Dan lagi-lagi sungguh luar biasa pemandangan dari atas punggung bukit tepat di belakang Saung… Subahanallah… Hamparan bukit beserta kabut pagi yang menyelimutinya terlihat sangat menakjubkan. Bahkan gedung2 tinggi kota Jakarta terlihat dari kejauhan.(Saya Sarankan bila pagi/malam hari untuk menuju tempat ini).
Sabtu, 6 maret pagi hari, Perkebunan teh Cianten. masih diwarung mang Ujang. Kami mempersiapkan perjalanan selanjutnya. Sebelum berangkat kami bertanya jalur yang akan kami tuju kepada mang Ujang. Dengan semangat, mang ujang membuatkan peta sederhana dan menjelaskannya kepada kami. Walaupun sangat sederhana, peta yang dibuat tersebut sangat-sangat bermafaat bagi kami.
- Warung Mang Ujang -Perkebunan teh-Instalasi Chevron (OnRoad++ dan berbukit )
- Warung Mang Ujang -Perkebunan teh-Instalasi Chevron (OnRoad++ dan berbukit )
Setelah breefing sejenak, kami pun kembali menggoes sepeda kami. Melewati belakang punggung bukit. kami memulainya dengan menuntun sepeda, karena memang cukup terjal. Pemandangan yang indah sudah mulai menghiasi perjalanan kami. hamparan perkebunan teh dipegunungan mulai kami jelajahi.
Dinginnya Pegunungan dan panas terik matahari mejadi teman awal perjalanan pagi ini. setelah menemui beberapa turunan sebagai bonus kita akan melahap beberapa tanjakan aspal sampai pada pos dan pabrik perkebunan Cianten. Meskipun beberapa tanjakan dan cuaca yang cerah membuat tenaga kami banyak terkuras. Rasanya terbayar dengan indahnya pemandangan . Sehabis jalan aspal belok kiri, menuju jalan beton. Akhirnya sampai ke instalasi sumber panas bumi yang dikelola oleh Chevron. Letak instalasi ini berada di salah satu puncak bukit. Di dekat/sebelum instalasi tersebut terdapat saung yang bisa digunakan untuk beristirahat, Di kejauhan kami dapat menyaksikan uap panas bumi yang menyembur ke udara.
- Chevron – Dusun – Sawah - Sungai ( Off Road )
Setelah mencapai instalasi panas bumi Chevron, jalur yang dilalui adalah turunan di jalur beton semen, tidak semuanya turunan. Ada beberapa tanjakan yang lumayan menguras tenaga yang harus kami taklukkan. Menanjak di atas semen panas siang hari , cukup menyiksa dan menguras tenaga.
Jalur panas bumi Chevron diakhiri dengan melewati instalasi chevron yang sepertinya sudah tidak beroprasi lagi di atas sebuah bukit. Kami mengambil jalur tanah tepat disebelah instalasi tersebut. Jalur tersebut tepat berada di tepi sebuah bukit diantara perkebunan teh. Jalurnya selanjutnya 100 persen tanah liat. saat itu jalan lumayan licin. Memaksa kami untuk sangat berhati-hati, Kondisi ban yang kurang baik akan sangat berpangaruh di sini. Bahkan beberapa dari kami ada yang sedikit terjungkal.
Beberapa saat menyusuri jalur tanah di tepi bukit, tidak lama kemudian kami disuguhi oleh jalur jembatan kayu. Dari sumber yang kami baca, jembatan dan jalur di sekitarnya merupakan hasil pengerjaan yang di sengaja. Sebelumnya jalur ini lebih sulit di lalui katanya, tidak selebar dan semulus sekarang, jembatannya pun lebih bagus. Pada suatu titik di ketinggian tebing, kami disuguhkan pemandangan yang luar biasa indah, hamparan sawah di lembah yang dilingkari oleh tebing, seperti di Ubud Bali. (Hehehehe… Kaya udah pernah ke Bali aja).
Jalur tebing bukit berakhir ketika kami mencapai sebuah dusun penduduk dengan kondisi jalur menurun. Sebuah dusun kecil diantara lembah-lembah bukit dan aliran air sungai. Sampai titik ini pun kami masih sangat menikmati perjalanan offroad. Tiada habis-habisnya kami terkagum-kagum dengan pemandangan yang di suguhkan.
Di ujung perjalanan melewati atas dusun, kami disuguhkan jembatan besi kecil yang membelah sungai yang cukup besar dan bening. Sebelum nya ada beberapa pekerja yang sedang membangun jalan kampung. Ketika kami sampai, Beberapa dari kami tanpa sungkan-sungkan membasahi diri dengan air sungai yang masih jernih tersebut. Di titik ini , saya dan yang lainnya berhenti tidak terlalu lama.
- Makadam (Mc Adam) dan Jalan Raya
Selepas sungai, berikutnya kami memasuki jalur makadam jalan berupa batu pecah yang diatur padat dan ditimbun dengan kerikil. Di sepanjang jalur ini dengan mudah ditemukan rumah penduduk dan warung. beberapa teman mampir terlebih dahulu di warung membeli air mineral.
jalur ini sedikit menyiksa. Karena memang jalurnya yang berbatu dan menanjak. Walau pada akhirnya melewati turunan panjang..
Akhir dari jalur makadam ini adalah pertigaan jalan aspal. Di pertigaan ini ambil arah ke kanan. Sebagian besar jalur ini di dominasi turunan aspal yang meliuk-liuk yang tentunya sangat panjang dan menyenangkan. Kami yang berharap sudah tidak ada tanjakan di Jalur ini harus gigit jari dahulu. Hehehe…
Hati-hati, jangan terlalu terlena menikmati turunan, pada suatu titik , jalur aspal ini memiliki cabang ke arah perumahan yang harus dilalui/diambil. Kami sempat terlewatkan cukup jauh, dan terpaksa harus kembali lagi. ( Pengalaman; bila kita melewati Plang nama pesantren.. berarti kita sudah terlewat hehehehe… silahkan turun dan nikmati tanjakan lagi..)
- Jalur pipa air PLTA
- Jalur pipa air PLTA
Setelah mememasuki jalur tanah dan masuk ke perkampungan, akhirnya kami melalui/menyusuri jalur air buatan yang lumayan lebar. Jalan menuju jalur air bercabang di beberapa titik, Suasana menyusuri jalur air sangat menyenangkan, tidak ada tanjakan, single track meliuk-liuk dan pohon yang rindang menjadikan jalur ini bonus tersendiri bagi kami yang masih kesal menghadapi tanjakan di jalan aspal sebelumnya (nyasar .red).
Jalur air ini akhirnya diakhiri dengan jembatan besi yang menopang pipa air PLTA Karacak yang melintasi sungai. Bila ingin menyeberang dengan sepeda, perhatikan dahulu sisi di seberang jembatan. Pastikan tidak ada motor atau orang yang akan menyeberang dari arah berlawanan. Jembatan ini hanya bisa dilewati satu arah oleh sepeda atau motor.
Setelah melewati jembatan, beberapa saat kemudian kami disuguhkan jalur pinggir situ/waduk kecil, sepertinya situ buatan untuk menampung sementara (buffer) air PLTA. Gowes di sepanjang pinggiran situ dan akhirnya sampai ke titik dimana turunan terjal sudah menanti.
Turunan ini lumayan panjang dan terjal, rumput yang menyelimutinya menjadikannya cukup
licin. Bila ragu-ragu baiknya jangan meluncur dengan sepeda di jalur ini, tuntun saja di anak tangga yang telah tersedia. Setelah beberapa rekan ada yang menuntun. Akhirnya saya beranikan diri untuk mencoba meluncur dengan sepeda, dengan terlebih dahulu menurunkan seatpost tentunya. Pertama menukik langsung terasa keterjalannya, kedua rem depan dan belakang harus dimainkan dengan hati-hati. Bila lepas konsentrasi sekali saja, niscaya akan terguling jatuh.
Titik finish sudah sangat dekat, PLTA karacak tinggal 100 meteran lagi. Teman-teman yang sudah sampai duluan di warung dan makan serta sholat.
- PLTA Kracak – Leuwiliang – Ciampea – Rumpin – Cipedak. ( Pulaaanng…… )
Setelah puas istirahat, kami bersiap untuk goes kembali. Kali ini tujuannya yang paling berat dan panjang, alias jalur pulang. Jalur yang kami tempuh sama seperti jalur berangakat. Hampir tanpa istirahat yang berarti.
Sungguh pengalaman yang luar biasa, sampai tulisan ini dibuat, rasanya dengkul dan paha masih terasa nyut-nyutan…. Tapi dalam hati masih ada keinginan untuk kembali lagi.
Semoga tulisan ini bermanfaat dan dapat dijadikan referensi untuk perjalanan berikutnya.
Team ; Heppy – Adang – Firman – Bang Ardan – Herry – Wandi – Takin.
By. T@ke_in (http://www.dulmtqn.blogspot.com/ )
Email – www.dulmtqn@yahoo.com
Facebook ; www.dulmtqn@yahoo.com – abdul mutakin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar